Celeng Srenggi menagih hutang (1)
Pertaniaan pada jaman dahulu merupakan mata pencaharian sebagian besar rakyat Indonesia, dan kehidupan petani sangat makmur dan berkecukupan. Pangairan sukup baik dan teratur sehingga hasil panen selau sukses. Demikian juga soal hama hampir tidak pernah terjadi, tanah subur tanaman tumbuh subur. Panen padi merupakan waktu yang sangat dinanti dan rakyat selalu mengadakan selamatan pada petik padi yang pertama setiap pemilik sawah pada setiap panen padi, untuk mengucapkan terimsakasihnya kepada Tuhan yang Maha Esa dan kepada Dewi Sri yaitu Dewi padi.
Beberapa waktu dari dulu sampai sekarang gangguan hama tidak ada masalah gangguan, akan tetapi tiba-tiba ada hama yang mengejutkan karena padi rakyat banyak yang habis dalam waktu semalam, begitu terus tiap malam berlarut-larut padi rakyat banyak yang dimakan hama pada malam hari, pagi harinya yang dilihat yaitu padinya habis sampai pada gagang padi dan tinggal damen padi yaitu tinggal semak padi tanpa buah padi diatasnya. Keadaan ini membuat mnasyarakat resah dan panen menjadi gagal karena banyak yang dimakan hama dan hasilnya sedikit.
Musim petik padi berikutnya juga demikian keadaan semakin parah banyak padi yang dimakan hama, kali ini rakyat tidak tinggal diam ingin tahu hama apa yang memakan padinya itu, maka masyarakat bersatu untuk melihat hama apa yang memakannya. Malam hari telah tiba dan rakyat bersama-sama mengintai sawah mereka untuk mengetahui hama apa yang menyerang itu. Sebagaian membawa senjata dan ada pula yang tidak membawa senjata karena tidak tahu hama apa yang memakannya.
Pengintaian yang pertama itu dapat diketahuinya hama padi itu, betapa terkejutnya karena yang memakan adalah binatang Celeng yang besarnya sama dengan besarnya sapi jantan, besarnya ini melebihi ukuran binatang Celeng pada umumnya dam makannya sangat cepat dan menghabiskan banyak padi yang diperhitungkan makanannya celeng itu diluar hitungan yang seharusnya. Maka rakyat bersatu akan menyerangnya yang membawa senjata siap menyerang celeng itu yang tidak membawa senjata mencari kayu atau bambu untuk memukul.
Persiapan penyerangan sudah siap maka semua mendekati Celeng itu secara diam diam tanpa diketahui kedatangan-nya oleh Celeng itu, jarak sudah dekat dan komando penyerangan diteriakkan maka rakyat menyerang Celeng itu dengan serempak dan mengeroyok Celeng itu. Sehingga tidak sempat lari Celeng itu dan berbagai senjata petani dihujankan ke binatang Celeng itu termasuk juga pentungan dan kayu dihujamkan ke tubuh binatang itu. Tapi apa daya Celeng itu tidak sempat lari dan bertubi-tubi kena bacokan dan pukulan senjata para petani itu.
Apa yang terjadi petani belum tahu diperkirakan dengan serangan para petani yang begitu banyaknya celeng itu dapat dibunuh dan kalau berhasil membunuh Celeng itu akan diarak keliling kampung. Perkiraan para petani meleset seratus persen karena Celeng yang dikeroyok itu tidak luka sedikitpun dan berhasil lolos dari kepungan dan melarikan diri masuk hutan dan tak tahu lari kemana begitu cepat tak terkejar.
Malam berikutnya para petani menyanggong lagi dan persenjataan lebih berat, termasuk tombak, kelewang, pedang dan panah dibawa untuk menyerang binatang Celeng itu. Persiapan petani lebih mantap dan lebih banyak yang ikut termasuk para pemuda ukut menyanggong dan siap ikut menyerang Celeng di sawah. Diantara petani itu juga sekarang ada pemuda yang mempunyai kesaktian yang juga sawahnya dimakan Celeng Srenggi dan diharapkan oleh para petani pemuda itu nantinya dapat membunuh celeng Srenggi itu.
Dilihatnya oleh penduduk Celeng Srenggi disawah dengan tenangnya memakan padi dengan rakus, tidak tahu kalau diintai oleh penduduk Desa itu. Dan dengan tiba tiba diserang oleh penduduk beramai-ramai tombak, panah, pedang, kelewang dan berbagai senjata tajam lainnya menghujam tubuh Celeng srenggi, tapi kali ini Celeng Srenggi tidak cepat-cepat lari seperti sebelumnya rupanya unjuk kebolehan. Berbagai macam senjata tidak dapat melukainya dan membuat penduduk keheranan kok ada Binatang Celeng yang tidak mempan oleh berbagai senjata tajam, juga Pemuda sakti itupun dengan kesaktiannya tidak dapat melukai celeng Srenggi itu.
Celeng Srenggi tidak membalas menyerang penduduk setelah itu berlari masuk hutan kini penduduk tidak mengejar seperti sebelumnya karena sudah tahu kalau Celeng Srenggi itu mempunayi kesaktian yang tidak mempan oleh berbagai senjata tajam. Kini para petani dan para pemuda berunding bagimana cara membunuh celeng srenggi yang sakti itu dan kesepakatan diterima yaitu pemuda dan petani siap menyergap lagi Celeng Srenggi, kali ini Pemuda yang sakti yang menjadi pemimpin penyerangan, pemuda itu akan menggunakan kesaktiannya dengan dibantu oleh orang sakti juga dari kampung itu ada juga yang dari kampung lain. Komando penyerangan para petani dikomando oleh pemuda sakti itu. Masyarakat siap ikut menyerang jika pemuda dan orang-orang sakti lainnya memerlukan bantuan.
Bersambung+