Pertapa di Pulau Jawa
Kali ini kita membahas mengenai Pertapa, Tapa sebenarnya banyak macamnya akan tetapi disini akan kita bahas mengenai pertapa yang duduk bersila sampai berbulan-bulan dan bahkan sampai bertahun-tahun tanpa makan dan minum juga tidak bergerak sama sekali. Apakah orang itu mati? Orang itu hidup tetap mengalami pertumbuhan seperti rambut, kuku dan juga usia tetap sesuai dengan perkembangan usia orang itu, meskipun Bertapa sampai dua atau tiga tahun bahkan ada yang lebih sepuluh tahun.
Pada zaman dahulu di tanah Jawa masih banyak yang bertapa jenis ini, yaitu pada zaman Hindu dan Budha, dari kedua sumber Agama itulah kemudian berkembang menjadi bertapa yang banyak kita dengar dan kita kenal kebiasaan orang-orang jaman dulu. Yoga ( keseimbangan ) dan Meditasi dikenal oleh orang India dan kedua agama itu. Disinilah bermula dari ajaran Yoga dan Meditasi, dikenal pula Bertapa.
Sekarang ini masih banyak pula orang yang melakukan bertapa di pertapan, tapi tidak seperti jaman Hindu dan Jaman Budha, pada masa itu kekuatan fisik dan batin Manusia lebih kuat dari jaman sekarang. Yang mempunyai kekuatan seperti orang-orang Jaman Hindu dan jaman Budha sekarang ini sangat jarang sekali. Tempat bertapa di atas gunung di gua dan tempat khusus lainnya.
Secara logika memang tidak mungkin, tapi dengan latihan bertahap dan tatacara untuk persiapan bertapa yang termasuk latihan ini ialah Konsentrasi dan Pernafasan, adalah saya rasa mungkin, untuk anda terserah anda, kalau langsung tidak dapat dilakukan dan kalau memaksakan diri akan masuk rumah sakit, bisa juga meninggal dunia.
Dalam persiapan ini termasuk belajar bekal-bekal ilmu untuk melindungi Diri dari binatang dan gangguan lainnya termasuk gangguan dari semut dan serangga lainnya. Mantra-mantra dipelajari oleh Pertapa dari Guru Pembimbing dan melakukan puasa cara Puasa Orang Jawa secara bertahap dibimbing oleh Guru Pertapa, belajar Meditasi dan melakukan, Meditasi secara rutin, disiplin dan masih banyak lagi persiapan lainnya. Dalam waktu persiapan Bertapa ini membutuhkan waktu setahun lebih, bisa dua tahun dan tiga tahunan.
♣ Cara membangunkan Pertapa.
Sekarang bagaimanakah cara membangunkan orang bertapa supaya dapat bangun dan sadar kembali? Orang-orang yang melakukan bertapa meninggalkan pesan kepada keluarganya jika akan bertapa dan ditunjukkan tempatnya dan berpesan cara membangunkan jika sudah sampai waktu yang ditentukan.
Disini sebenarnya ada dua versi, ada yang mengatakan jika bertapanya belum diterima maka tidak akan sadar kembali ( sadar sendiri ), bahkan katanya bisa juga berubah jadi patung batu, bahkan juga menyatakan bisa beruba menjadi binatang jika kena kutukan Tuhan.
Kita membahas versi yang meninggalkan pesan kepada keluarganya karena disinilah saya ada titik terang dan mendapat info cara-cara membangunkan dan merawat pertapa yang sudah sadar itu, dan masih mendekati akal sehat dalam pemikiran logika.
Di Pulau Jawa makanan pokok adalah Nasi yang terbuat dari Padi yang di kupas dengan cara ditumbuk pada jaman dahulu, sekarang ini digiling dengan mesin penggilingan Padi. Disinilah kunci utama dalam membangunkan Pertapa itu cara yang sederhana dan bisa dilakukan oleh orang biasa ( tidak punya ilmu kebatinan dan sejenis ).
Cara yang dilakukan sebelum membangunkan, untuk persiapan perlengkapan menanak Nasi harus lengkap dan ditambah beberapa Kipas untuk mengipasi Nasi yang sudah masak nantinya, yaitu untuk mengarahkan Uap Nasi ke tubuh Pertapa.
Pertapa yang sudah waktunya dibangunkan dengan Uap Nasi, setelah Nasi itu sudah masak langsung di tumpahkan sekeliling Pertapa, Nasi dialasi daun pisang, dari Uap Nasi yang mengepul itu diarahkan ke tubuh Pertapa yang belum sadar dengan cara dikipasi, dari Uap Nasi ini Pertapa akan sadar kembali walau sudah bertahun-tahun tidak makan, tidak minum dan tidak pula bergerak duduk bersila.
Dalam kondisi ini keadaan jasmani atau badan Pertapa masih lemah, maka diperlukan perawatan khusus pada masa itu mungkin kalau jaman sekarang dirawat dirumah sakit dan di infus untuk mengembalikan kondisi Kesehatan badan yang lemah dan kekurangan cairan dalam tubuh Pertapa. Untuk perawatan cara yang dipakai pada masa itu seperti ulasan dibawah ini.
Untuk perawatan dan pemulihan kondisi badan yang lemah cara masa lalu, selanjutnya badan yang kurus dan sudah tidak kemasukan makanan yang sudah bertahun-tahun itu tidak langsung memakan Nasi, makanan pertama Madu asli sedikit untuk membasahi mulut membuka tenggorokan lambung dan usus, sampai beberapa hari dan selanjutnya dicampur dengan air hangat masih kental tidak boleh terlalu cair, untuk minum ini tidak boleh kebanyakan sedikit demi sedikit, kalau kebanyakan akan muntah, karena perbedaan larutan air dalam perut dan larutan air dalam darah belum sesuai maka perut akan menolak dan terjadi muntah.
Demikian juga juga orang yang puasa tidak makan dan tidak minum tiga hari tiga malam, tujuh hari tujuh malam, duapuluh satu hari dua puluh satu malam dan juga tidak makan tidak minum sampai empat puluh hari empat puluh malam, tahapan ini harus dilalui kalau memaksa minum banyak karena haus perut akan menolak sebab perbedaan konsentrasi larutan dalam perut tidak sesuai dengan konsentrasi larutan dalam darah.
Perawatan tahapan selanjutnya yaitu minum air campur madu agak encer dan ditambah dengan Tajin, tajin yaitu kalau menanak Nasi secara tradisional, dua tahap pada tahap pertama ditanak dulu dengan air disini airnya diperbanyak dan setelah mendidih dan kental air tajin itu diambil dengan sendok atau alat lain yang bisa dipergunakan untuk mengambil tajin. Fungsi tajin ini adalah untuk memulihkan getah perut, menebalkan lambung dan usus supaya dapat menerima Nasi, untuk mencegah supaya tidak mencret atau diare.
Setelah dapat minum madu campur air air hangat agak banyak dan tajin selanjutnya makan bubur dari tepung beras, tahapan berikutnya makan bubur dari beras agak lunak dan berikutnya bubur kasar setelah itu baru makan Nasi sedikit dikombinasi dengan bubur kasar dan jika sudah dapat menyesuaikan baru makan Nasi sebagai mana mestinya dengan sayur juga makan buah yang mendukung proses pemulihan kesehatan.
Orang yang selesai melakukan Bertapa akan punya banyak kelebihan, dan banyak mempunyai ilmu karena selama melakukan Bertapa diberi petunjuk Tuhan sesuai yang Pertapa inginkan.
♥ Apakah bukan Pertapa dapat bertahan hidup walau tidak makan dan tidak minum ?
Inilah kita sebagai manusia selalu ingin tahu termasuk saya, dari cerita turun temurun saya dapatkan, pada waktu jaman dahulu pernah terjadi di suatu Desa keadaan alamnya masih banyak pohon-pohon besar, dan salah satu pohon besar itu berongga, pohon itu sangat besarnya sampai didalam rongga pohon itu bisa untuk ditempati oleh anak kecil dan ada lubang tembusan lubang yang bisa dimasuki oleh anak kecil usia sekitar anak sekolah dasar kelas tiga ke bawah.
Pada suatu hari sekelompok anak-anak itu bermain sembunyi-sembunyian, permainan ini diikuti oleh anak lelaki dan juga anak perempuan. Permainan ini bergantian yang mencari satu anak dan yang lain bersembunyi, pada suatu saat anak yang satu dicari tidak ditemukan sampai lama, kemudian yang lain ikut membantu mencari karena dalam permainan ini harus dapat ditemukan semua baru kemudian berganti yang akan mencari teman-temannya yang bersembunyi.
Setelah anak-anak tidak dapat menemukan permainan selesai tidak main lagi pada pulang dan meloporkan ke orang Tua masing-masing kalau temannya ada yang hilang, maka para orang Tua dan orang dewasa di Kampung itu semua membantu untuk mencari anak yang hilang itu, dan karena tidak dapat menemukan dalam pencarian itu sampai beberapa hari dianggap anak itu diculik oleh Jin penghuni disekitar pepohonan itu.
Sampai beberapa minggu, berbulan-bulan kemudian tidak dapat ditemukan sampai bertahun-tahun dan puluhan tahun tidak ada kabar keberadannya anak yang hilang itu, teman-teman sepermainan sudah dewasa dan sampai Tua menjadi kakek nenek, ada yang tua dan yang sudah meninggal dunia.
Teman-teman sepermainan sampai pada usia sudah Tua dan pohon paling besar berongga dan berlubang itu daun-nya rontok dan kering sampai bertahun tahun kemudian menjadi lapuk dan sampailah pohon itu tumbang karena pohon kering itu menjadi lapuk.
Pohon itu tumbang menjadi terbelah dan remuk, apa yang terjadi setelah pohon itu tumbang dan terbelah, didalam rongga pohon itu ada seorang manusia usianya sudah Tua berambut panjang sampai sepanjang mata kaki, berjenggot panjang, dan kuku tangan dan kuku kaki juga panjang, tingginya tidak setinggi orang normal agak pendek karena pertumbuhan badan tertahan oleh tingginya rongga.
Maka cepat tersiar penemuan orang tua itu, dan yang merasa pernah kehilangan teman sepermainan di masa kanak-kanak dan juga keluarga dan kerabat dari orang yang pernah merasa pernah kehilangan anak pada masa dulu pada berdatangan untuk melihat, maka dilihat tanda-tanda anak yang pernah hilang itu yaitu tahi lalat dan tanda tanda luka dan goresan di kulit, juga tanda-tanda lain menandakan orang itu adalah anak yang hilang lebih dari 60 tahun yang lalu, teman sepermainan usianya sudah mencapai hampir delapan puluh tahun.
Tanda tanda di tubuh ini diperkuat oleh teman-taman serpermainan bahwah orang itu adalah teman yang hilang pada masa anak-anak dulu, kondisi fisik orang yang berasal dari dalam pohon itu normal tapi agak pendek dari orang normal hal ini disebabkan karena terhambat tempat yang ditempati terbatas.
Posisi orang itu berdiri dan belum sadar, jadi waktu pohon tumbang ya jadi posisi tidur, dan diangkat oleh orang-orang ditempatkan ditempat yang layak. Selanjutnya keluarga yang pernah merasa kehilangan dan orang-orang kampung berunding bagaimana sebaiknya maka dicari orang pintar termasuk dukun.
Setelah beberapa lama tidak ada yang dapat menyadarkan dan membangunkan dari keadaan itu, sungguh di sayang keadaan orang itu sebenarnya dapat disadarkan dan dibangunkan jika bertemu orang yang dapat membangunkan dan menyadarkan orang yang Bertapa, tapi tidak bertemu dan tidak ada dapat membangunkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saya sangat Gembira dan ber-terimakasih atas Perhatian Anda,kritik dan saran Anda...Kami perlukan demi kemajuan Kita bersama dan Terimakasih.