Tedak Kroman
(Manusia keturunan buaya)
Pada kehidupan masyarakat mempercayai adanya keturunan manusia hasil dari perkawinan manusia selain dengan manusia, ada yang mengatakan dengan siluman, siluman buaya, siluman ular, siluman kera dan masih banyak lagi lainnya, pada kali ini adalah dari kenyataan adanya manusia keturunan buaya (bukan siluman) yaitu manusia keturunan buaya, orang-orang yang tinggal di kampung itu menyebutnya “Tedak Kroman” yang berasal dari bahasa Jawa, Tedak = keturunan, Kroman = Buaya, “Tedak” biasa dipakai oleh masyarakat untuk silsilah dari keturunan orang-orang terhormat saja.
Tedak Kroman ini tinggal di dekat sungai anakan sungai Brantas jaraknya tidak jauh dari sungai Brantas, dan dikenal pada waktu itu sebagai Pak Kroman karena merupakan Tedak Kroman yaitu dari keturunan Manusia Buaya, Pak Kroman merupakan orang yang istimewah karena dikenal juga sebagai Pawang Buaya juga sebagai Raja Buaya karena bisa memanggil dan mengumpulkan semua buaya yang ada di anakan sungai Brantas itu, masyarakat disekitar sungai itu dan menyebar sampai jauh tahu kalau semua buaya di sungai itu merupakan didikan dan sahabat Pak Kroman, dan semua masarakat tidak pernah mengganggu semua buaya di sungai itu, karena semua buaya di sungai itu kemenungsan (mengerti seperti manusia) tidak pernah mengganggu Manusia walau banyak jumlahnya.
Secara fisik ada bedanya dengan manusia pada umumnya yaitu perbedaan bibir, pada bibir atas berbeda dengan manusia pada umumnya bentuk bibir Tedak Kroman bibir atasnya lengkung seperti bulan sabit tidak seperti manusia pada umumnya ada cekungan didepan tengah hidung. Selain perbedaan itu Tedak Kroman tubuhnya bisa berubah menjadi buaya jika mencebur ke air yaitu jika Pak Kroman mencebur ke sungai tubuhnya berubah menjadi Buaya dan bisa berkumpul dengan buaya-buaya di sungai itu dan jika keluar dari air akan berubah menjadi Manusia yaitu menjadi wujud aslinya Pak Kroman.
Pada saat dan waktu tertentu Pak Kroman dibantu oleh buaya-buaya sungai itu terutama jika waktu panen padi, sawah Pak Kroman berada jauh ke arah mengalirnya air sungai dan untuk membawa hasil panen padi merupakan perjalanan yang melawan arus sungai, Pak Kroman membawa padi dinaikkan diatas perahunya tanpa harus mendayung karena Pak Kroman mempunyai banyak sahabat buaya di sungai itu untuk membantu menjalankan perahu yaitu didorong oleh sahabat-sahabat-nya para buaya.
Jika muatan perahu sudah penuh Pak Kroman mencebur ke sungai dan berubah bentuk tubuhnya menjadi Buaya untuk memberi tahu sahabat-sahabatnya buaya di sekitarnya yang sudah siap membantu supaya berkumpul dan mendorong perahu, bagian sisi kiri juga kanan dan belang perahu sisi kiri juga kanan di bawah air dipasang kayu bambu untuk mendorong perahu yang disiapkan. Setelah buaya berkumpul jumlahnya banyak Pak Kroman keluar dari air sungai dan bentuknya menjadi Manusia yaitu Pak Kroman dan naik diatas perahu untuk memberi ab-aba kepada sahabatnya untuk berangkat dan memberi komando jalannya perahu disetir kearah mana.
Masyarakat sekitar mengenal Pak Kroman merupakan orang yang ramah dan baik hati dan selalu menyapa jika bertemu dengan orang dan masyarakat sekitarnya sudah biasa jika melihat perahu Pak Kroman diiringi rombongan buaya untuk mendorong perahu, buaya-buaya itu mendorong perahu ke arah melawan arus sungai bergantian secara gotong-royong didorong bersama-sama oleh lebih dari sepuluh buaya, masyarakat sekitar sudah biasa melihat Pak Kroman duduk diatas perahu dan melihat buaya-buaya dalam air mendorong perahu Pak Kroman dan juga diiringi banyak buaya jumlahnya mencapai puluhan buaya disekitar perahunya Pak Kroman.
Kehidupan berlanjut harmonis tidak saling mengganggu antara Manusia dengan Buaya di sepanjang sungai itu sampai sekarang, anak Pak Kroman dan cucunya masih ada dan ada disekitar sungai itu dan anak Pak Kroman ada yang mewarisi ilmunya, dan kabarnya juga ilmu itu sekarang diajarkan ke orang lain selain keturunan “Tedak Kroman”